Oleh: Tom Lazuardi
SurabayInside.com – Lima mahasiswa Universitas Airlangga memanfaatkan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik. Kegiatan yang lolos pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM M) itu dilakukan di Desa Semanding, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
PKM M yang diberi nama Tim Asap Cair atau Acar itu terdiri dari Teguh Dwi Saputro mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) angakatan 2015, Tiyani mahasiswa FKp angakatan 2018, Achmad Ferdynan Thomas Irwan mahasiswa FKp angkatan 2018, Novia Tri Handika mahasiswa FKp angkatan 2016, dan Nova Faridatus Sholihah mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2015.
Teguh menjelaskan, siwalan merupakan sejenis tanaman palma yang banyak tumbuh di Indonesia termasuk di Kabupaten Tuban. Pohon siwalan bisa dimanfaatkan daun, batang, buah, hingga bunganya. Siwalan bisa disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira) ataupun diolah menjadi gula siwan (sejenis gula merah).
“Namun, pemanfaatan siwalan juga menghasilkan kulit yang dibuang begitu saja tanpa diolah sehingga menumpuk dan menjadi limbah. Padahal, limbah kulit siwalan bisa dimanfaatkan kembali dan mempunyai potensi meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satunya dengan memanfaatkannya menjadi asap cair sebagai pestisida organik,” jelasnya.

Selaku pencetus ide, Teguh mengajak Tiyani, Achmad Ferdynan Thomas Irwan, Novia Tri Handika, dan Nova Faridatus Sholihah, untuk mengembangkan inovasi memanfaatkan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik.
“Penggunaan pestisida anorganik semakin tinggi karena dirasa lebih cepat efeknya daripada pestisida organik. Namun, perlu diketahui, penggunaan pestisida anorganik yang tidak terkontrol punya banyak efek samping. Itu akan menimbulkan resistensi terhadap hama tanaman. Predator alami bisa berkurang sehingg dapat memunculkan hama baru. Pestisida anorganik juga membahayakan lingkungan. Membuat kandungan nutrisi tanaman bercampur racun. Selain itu, harga pestisida anorganik lebih mahal jika dibandingkan dengan pestisida organik,” paparnya.
Oleh karena itu, inovasi Acar sebagai pestisida organik dapat menjawab permasalahan. Argumennya didukung data yang diperoleh dari studi literatur. “Berdasarkan studi itu, masyarakat Desa Semanding sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Ini menjadikan inovasi pestisida organik Acar tepat sasaran dan bermanfaat bagi petani,” ungkapnya.
Tiyani, selaku Ketua Tim Acar, mengatakan penggunaan asap cair dari limbah kulit siwalan secara perlahan mampu bersaing dengan pestisida anorganik yang telah marak digunakan masyarakat namun berdampak buruk untuk lingkungan.
“Kami berharap inovasi ini didukung pemerintah kabupaten Tuban. Kami juga berharap nantinya desa ini menjadi percontohan bagi daerah lain yang mempunyai potensi dan permasalahan sama,” kata Tiyani. (Lin)