Kesehatan dan Pendidikan Dianggap Bukan Prioritas Utama! Inilah Isi Kebijakan Anggaran Kementerian Keuangan di Tahun 2026
sekolah-pixabay-
Kesehatan dan Pendidikan Dianggap Bukan Prioritas Utama! Inilah Isi Kebijakan Anggaran Kementerian Keuangan di Tahun 2026. Viral di Media Sosial, Rencana Kebijakan Kementerian Keuangan 2026: Pendidikan dan Kesehatan Bukan Prioritas Utama
Baru-baru ini, media sosial diramaikan dengan pembahasan mengenai kebijakan anggaran Kementerian Keuangan di tahun anggaran 2026. Salah satu komentar yang menarik perhatian publik datang dari Ardi Satriawan, yang menyebutkan bahwa pendidikan dan kesehatan tidak termasuk dalam prioritas utama. Unggahan ini segera memicu reaksi dan perdebatan di berbagai platform, terutama di Twitter (sekarang X), di mana banyak pengguna mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait potensi pemotongan anggaran untuk sektor-sektor tersebut.
Rencana Efisiensi Anggaran APBN dan APBD
Sebuah unggahan di akun X @BetaEpsilonPhi membeberkan informasi mengenai rencana efisiensi belanja APBN dan APBD yang diprediksi akan berdampak pada banyak sektor. Dalam unggahannya, akun tersebut menyebutkan bahwa salah satu yang akan terpengaruh adalah belanja operasional perkantoran, yang masuk dalam sasaran efisiensi. Menurut pemilik akun, hal ini cukup mengejutkan, terutama bagi mereka yang sudah lama berkecimpung dalam perencanaan anggaran pemerintah.
"Kemudian muncul Inpres 1 Tahun 2025. Hal yang mengagetkan saya pribadi yang sudah belasan tahun di Perencanaan adalah Belanja Operasional Perkantoran masuk sebagai sasaran Efisiensi (baca: Pemotongan)," tulis akun tersebut. Penjelasan ini mengindikasikan bahwa potensi pemotongan anggaran akan memengaruhi penyedia kebutuhan kantor serta PNS yang menggantungkan penghasilan mereka melalui perjalanan dinas (Perjadin).
Program Prioritas Utama: Bukan Pendidikan dan Kesehatan
Di sisi lain, akun X @nowyoucatchme juga turut membagikan informasi mengenai program prioritas yang tercantum dalam dokumen BPP Kementerian Keuangan. Dalam gambar yang dibagikan, terungkap bahwa sektor pendidikan dan kesehatan justru berada dalam kategori program pendukung, bukan prioritas utama. Ardi Satriawan, yang ikut berkomentar mengenai hal ini, menegaskan bahwa pendidikan dan kesehatan bukanlah bagian dari program prioritas utama dalam anggaran 2026.
"Pendidikan dan Kesehatan bukan prioritas utama," tulis Ardi Satriawan dalam komentarnya. Berdasarkan gambar yang diunggah, program-program yang menjadi prioritas utama dalam rencana kebijakan anggaran tersebut meliputi makan bergizi gratis, ketahanan pangan, ketahanan energi, perumahan, dan pertahanan keamanan. Sementara itu, pendidikan dan kesehatan hanya ditempatkan dalam kategori prioritas pendukung.
Pro dan Kontra Terkait Kebijakan ini
Kebijakan ini segera memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat, terutama terkait dengan keputusan untuk memprioritaskan sektor-sektor seperti ketahanan pangan dan pertahanan keamanan, sementara pendidikan dan kesehatan yang selama ini menjadi fokus penting bagi banyak kalangan, justru tidak mendapat perhatian utama. Beberapa netizen merasa khawatir bahwa kebijakan ini akan memperburuk kondisi sektor pendidikan dan kesehatan, yang sudah menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu akun yang membagikan presentasi BPP Kemenkeu ini memberikan komentar kritis, "Semua itu dilakukan untuk program yang katanya gratis...". Ia menyoroti bagaimana sektor-sektor yang dianggap fundamental bagi kesejahteraan masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, malah masuk dalam kategori pendukung. "Bahkan pendidikan & kesehatan masuk di prioritas pendukung. Sehat-sehat untuk kita semua," tambahnya dengan nada sindiran.
Reaksi dari Pihak Terkait
Menanggapi beredarnya informasi ini, beberapa pihak menyatakan bahwa meskipun sektor pendidikan dan kesehatan berada di urutan prioritas yang lebih rendah, bukan berarti anggaran untuk dua sektor ini akan dipotong besar-besaran. Mereka berargumen bahwa meskipun tidak berada di posisi utama, sektor-sektor tersebut tetap mendapat alokasi anggaran yang cukup untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Namun, di sisi lain, kritik terhadap kebijakan ini semakin kencang, terutama dari kalangan masyarakat yang merasa pendidikan dan kesehatan adalah dua sektor yang harus diprioritaskan, mengingat dampaknya yang langsung dirasakan oleh rakyat.
Apa Dampaknya untuk Masyarakat?
Dampak dari kebijakan ini tentu saja akan terasa di berbagai lini kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor pendidikan dan kesehatan. Pemotongan anggaran atau efisiensi yang terjadi pada sektor-sektor tersebut berpotensi memengaruhi kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat. Misalnya, pengurangan dana untuk fasilitas kesehatan atau pengurangan dana untuk bantuan pendidikan dapat berdampak pada akses yang lebih terbatas untuk masyarakat yang membutuhkan.