Fenomena Tagar #KaburAjaDulu dan Realitas Pemuda Indonesia: Antara Kekecewaan dan Harapan

Ilustrasi Kantor--
Fenomena Tagar #KaburAjaDulu dan Realitas Pemuda Indonesia: Antara Kekecewaan dan Harapan. Media sosial kembali diramaikan dengan tren tagar #KaburAjaDulu, yang menjadi bentuk ekspresi kekecewaan anak muda terhadap kebijakan pemerintah. Fenomena ini mencerminkan keresahan generasi muda yang merasa kurang mendapat perhatian, terutama dalam hal kebijakan ekonomi, pendidikan, dan kesempatan kerja.
Namun, di balik ramainya tren ini, ada sudut pandang lain yang menilai bahwa tren tersebut bisa menjadi refleksi atas kebingungan anak muda dalam melihat keunggulan negaranya sendiri. Pengurus DPD KNPI Kota Surabaya, Yashir Muhammad A, menyoroti fenomena ini sebagai sebuah anomali.
"Kalau kita telaah lebih dalam, potensi Indonesia jauh lebih besar dibandingkan negara lain. Justru di tengah upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, muncul tren yang bertolak belakang dengan semangat tersebut," ujar Yashir.
Faktor Pemicu: Ketimpangan SDM dan SDA
Menurut Yashir, kurangnya pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi salah satu faktor utama munculnya tren ini. Banyak anak muda yang merasa tidak memiliki kesempatan berkembang di negeri sendiri, sehingga mulai mencari peluang di luar negeri.
Hal ini diperparah dengan minimnya akses pendidikan berkualitas serta lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian. Media sosial pun mempercepat penyebaran tren ini, di mana banyak anak muda yang berbagi pengalaman mereka bekerja atau menempuh pendidikan di luar negeri.
"Saat mereka membandingkan dengan kondisi di dalam negeri, wajar jika muncul keinginan untuk pergi. Ini tantangan bagi pemerintah agar lebih serius dalam menciptakan lingkungan yang mendukung anak muda berkembang," jelas Yashir.
Dampak Negatif: Hilangnya Semangat Juang Pemuda
Tren #KaburAjaDulu dinilai dapat berdampak negatif pada mental dan pola pikir pemuda Indonesia. Jika dibiarkan, tren ini bisa melahirkan generasi yang lebih suka lari dari tantangan ketimbang berjuang untuk perubahan.
"Standar kesuksesan tidak bisa hanya diukur dari perspektif negara lain. Setiap individu memiliki jalannya masing-masing, dan yang lebih penting adalah bagaimana kita berjuang di tempat kita berada," tambah Yashir.
Ia juga menegaskan bahwa penting untuk menanamkan kembali rasa patriotisme dan wawasan kebangsaan agar generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh tren sesaat.
"Materi tentang patriotisme dan pendidikan politik harus diperkuat. Jangan hanya mengajak pemuda berpartisipasi dalam kebijakan, tapi juga berikan pemahaman yang cukup mengenai dampaknya," katanya.
Sebagai solusi, Yashir mengajak anak muda untuk menghadapi tantangan secara kolektif, bukan dengan meninggalkan masalah.
"Jangan hadapi tekanan hidup sendirian. Berkelompok dan bersama-sama mencari solusi adalah kunci utama. Kita adalah bangsa yang kuat karena bersatu dalam perbedaan," tegasnya.
Respons Pemerintah: Narasi vs. Realitas
Menariknya, tren ini juga mendapat respons dari Staf Khusus Kepresidenan, Raffi Ahmad, yang menciptakan gerakan tandingan dengan tagar #PergiMigranPulangJuragan. Namun, Yashir menilai langkah tersebut bukanlah solusi nyata.
"Kalau hanya dilawan dengan tren lain, justru bisa semakin besar. Yang perlu dilakukan adalah mendengarkan aspirasi anak muda dan menerjemahkannya dalam kebijakan nyata," ujarnya.
Khusus bagi pemuda Surabaya, Yashir mengingatkan agar tidak ikut-ikutan dalam tren ini.
"Surabaya adalah Kota Pahlawan. Kita punya DNA perjuangan yang diwariskan oleh para pendahulu. Sebagai pemuda Surabaya, kita harus menjadi motor penggerak perubahan, bukan malah memilih kabur," tutupnya.
Fenomena Migrasi: Jatim Penyumbang PMI Terbesar di Indonesia
Di sisi lain, data menunjukkan bahwa Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbesar di Indonesia pada tahun 2024.
Berdasarkan laporan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur, tercatat 79.001 PMI asal Jatim bekerja di luar negeri. Mayoritas dari mereka adalah perempuan (76,88%) dengan jumlah 60.740 orang, sedangkan laki-laki hanya 18.261 orang (23,12%).