Baca Manhwa Omniscient Reader’s Viewpoint Chapter 552: Harapan yang Tak Pernah Padam

Omnis-Instagram-
Baca Manhwa Omniscient Reader’s Viewpoint Chapter 552: Harapan yang Tak Pernah Padam. Dalam dunia manhwa Omniscient Reader’s Viewpoint , setiap bab selalu membawa pembaca pada petualangan emosional yang mendebarkan. Salah satu momen paling ikonik dalam chapter 552 adalah saat para karakter utama dihadapkan pada situasi yang menggugah perasaan, membuat kita merasakan campuran antara harapan dan ketegangan. Bagaimana mereka berjuang untuk menjemput harapan meski peluangnya sangat kecil? Yuk, simak ulasan lengkapnya di sini!
Langkah-Langkah yang Membawa Harapan
Cerita dimulai dengan adegan dramatis di koridor rumah sakit. Derap langkah-langkah kaki terdengar begitu jelas, seolah-olah masing-masing langkah itu membawa doa dan harapan. Suara langkah tersebut memenuhi udara, mencerminkan tekad yang tak tergoyahkan dari orang-orang yang melangkah tanpa henti. Mereka tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya—bahkan jika harus terjatuh atau kelelahan, mereka tetap maju.
Mereka menuju sebuah ruangan, tempat yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas segala ketidakpastian. Meskipun kemungkinan harapan itu menjadi nyata sangat tipis, bahkan hanya 1%, mereka tetap bertekad untuk menjemputnya. Mengapa? Karena bagi mereka, harapan itu lebih berharga daripada rasa takut akan kekecewaan.
Dongeng-Dongeng yang Kembali Hidup
Saat mereka berlari melewati koridor, ingatan tentang "dongeng-dongeng besar" yang pernah mereka alami kembali mengalir dalam benak mereka. Dongeng-dongeng ini bukan sekadar cerita biasa, melainkan kisah-kisah heroik yang mereka dapatkan melalui perjuangan panjang, menantang kematian, dan menghadapi probabilitas yang hampir mustahil. Setiap dongeng itu seperti bagian dari diri mereka, dan kini, semuanya mulai bergema kembali.
Ada perasaan bahwa seseorang yang sangat penting bagi mereka sedang kembali. Seseorang yang dulu mereka pikir telah hilang selamanya, kini mungkin akan hadir kembali di tengah-tengah mereka. Perasaan ini membuat langkah mereka semakin cepat, semakin kuat, hingga akhirnya mereka tiba di depan pintu ruangan itu.
Han Sooyoung dan Ketakutan yang Menyelimuti
Di depan pintu, Han Sooyoung berdiri dengan tubuh gemetar. Tangannya erat menggenggam gagang pintu, namun dia ragu untuk membukanya. Pikiran-pikiran negatif mulai menyusup ke dalam benaknya. "Bagaimana jika semua ini hanyalah harapan kosong?" gumamnya dalam hati. "Apa yang akan terjadi jika tidak ada apa-apa di balik pintu ini?"
Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan takut yang semakin memuncak. Namun, ketika dia menoleh ke arah Yoo Jonghyuk, pria itu hanya mengangguk pelan. Tatapan Yoo Jonghyuk seolah berkata, "Kita harus siap menghadapi apapun yang ada di balik pintu itu." Dengan keyakinan yang baru, Han Sooyoung pun mulai membuka pintu perlahan-lahan.
Cahaya Matahari dan Halaman-Halaman Kenangan
Suara derit pintu terdengar, disusul oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Angin sepoi-sepoi menerbangkan tumpukan halaman-halaman kertas yang berserakan di ruangan itu. Halaman-halaman tersebut adalah hasil kerja keras Han Sooyoung sepanjang malam—surat-surat yang dia tulis dan revisi berkali-kali.
Setiap halaman berisi kisah-kisah mereka, termasuk kisah tentang "orang itu". Ada kalimat-kalimat yang belum sempat dia selesaikan, ide-ide yang ingin dia tuangkan namun belum pernah sampai kepada orang yang dituju. Saat melihat halaman-halaman itu beterbangan di udara, Han Sooyoung tersenyum miris. Dia menyadari bahwa ada banyak hal yang masih ingin dia katakan, tapi waktu sering kali tidak berpihak padanya.