Menyusuri Kelezatan Nasi Gudhug, Kuliner Unik dari Desa Wisata Arjasa yang Mirip Rawon

makanan-pixabay-
Menyusuri Kelezatan Nasi Gudhug, Kuliner Unik dari Desa Wisata Arjasa yang Mirip Rawon
Indonesia memang surganya kuliner tradisional. Setiap daerah memiliki kekayaan rasa dan cerita di balik makanan khasnya. Salah satu destinasi wisata yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga sajian kuliner unik adalah Desa Wisata Arjasa , sebuah desa yang terletak di Jawa Timur. Selain dikenal sebagai desa berprestasi dengan penghargaan ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) serta batiknya yang mendunia, Desa Wisata Arjasa juga menyimpan sejuta pesona dalam dunia kuliner. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah Nasi Gudhug , makanan khas setempat yang mirip dengan Rawon namun memiliki ciri khas tersendiri.
Apa Itu Nasi Gudhug?
Nasi Gudhug adalah kuliner legendaris Desa Wisata Arjasa yang sering disajikan pada acara-acara adat tertentu. Makanan ini biasanya hadir dalam Kadhisah , sebuah ritual selamatan desa yang dirayakan setahun sekali. Dalam bahasa lokal, "Gudhug" berasal dari istilah untuk nangka muda atau thewel , yang menjadi salah satu bahan utama dalam hidangan ini. Nasi Gudhug memiliki kuah berwarna hitam pekat, hampir mirip dengan kuah Rawon yang populer di Jawa Timur. Namun, ada perbedaan mencolok yang membuat Nasi Gudhug begitu istimewa.
Proses pembuatannya melibatkan santan yang dimasak dengan rempah-rempah khas, termasuk daun awar-awar atau yang lebih dikenal sebagai Deun Kolpoh . Daun ini memberikan aroma dan cita rasa unik yang sulit ditemukan di tempat lain. Selain itu, hidangan ini dilengkapi dengan tulang iga sapi yang empuk, membuatnya semakin menggugah selera. Perpaduan antara kuah hitam, nangka muda, dan daging sapi menciptakan harmoni rasa yang lezat dan memanjakan lidah.
Keunikan Nasi Gudhug dalam Budaya Lokal
Nasi Gudhug bukan sekadar makanan biasa. Di balik kelezatannya, terdapat nilai-nilai budaya yang kental. Penyajiannya pada acara Kadhisah mencerminkan rasa syukur masyarakat setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rezeki dan keselamatan selama setahun terakhir. Ritual ini juga menjadi momen berkumpulnya warga desa untuk saling bersilaturahmi dan melestarikan tradisi nenek moyang mereka.
Bagi wisatawan yang ingin mencicipi Nasi Gudhug, datanglah saat acara Kadhisah berlangsung. Meskipun hanya dirayakan setahun sekali, pengunjung dapat merasakan atmosfer kebersamaan yang hangat dan autentik. Selain itu, beberapa warung makan di Desa Wisata Arjasa juga mulai menyajikan Nasi Gudhug sebagai menu andalan mereka, sehingga Anda tidak perlu khawatir jika melewatkan momen Kadhisah.
Tidak Hanya Nasi Gudhug, Ada Soto Essoh dan Bakso Lava!
Selain Nasi Gudhug, Desa Wisata Arjasa juga memiliki ragam kuliner lain yang tak kalah menggoda. Salah satunya adalah Soto Essoh , soto khas dengan kuah bening yang segar dan bumbu rempah yang kaya. Soto ini biasanya disajikan dengan potongan daging ayam atau sapi, ditambah taburan bawang goreng dan irisan jeruk nipis. Rasanya yang ringan namun gurih membuat Soto Essoh menjadi favorit banyak orang.
Jika Anda penyuka makanan yang sedikit "berani", cobalah Bakso Lava . Sesuai namanya, bakso ini memiliki isian keju lumer yang meleleh di mulut saat digigit. Tekstur baksonya yang kenyal dipadukan dengan keju yang creamy menciptakan sensasi rasa yang unik dan memanjakan lidah. Tidak heran jika Bakso Lava menjadi primadona baru di kalangan wisatawan.