Apa Pekerjaan Frigard Harjono? Suami Lilie Wijayanti Korban Meninggal di Puncak Carstensz, Benarkah Bukan Orang Sembarangan?

Frigard-Instagram-
Apa Pekerjaan Frigard Harjono? Suami Lilie Wijayanti Korban Meninggal di Puncak Carstensz, Benarkah Bukan Orang Sembarangan?. Frigard Harjono Suami Lilie Wijayanti Ungkap Persiapan Sang Istri Sebelum jadi Korban Meninggal di Puncak Carstensz. Biodata dan Profil Frigard Harjono, Suami Lilie Wijayanti Korban Meninggal di Puncak Carstensz, Lengkap dari Umur, Agama dan Akun Instagram. Sosok Frigard Harjono, Suami Lilie Wijayanti Korban Meninggal di Puncak Carstensz, Ngaku Ikhlas Sang Istri Berpulang Usai Mewujudkan Mimpinya
Kisah Haru Lilie Wijayanti: Pendaki Sejati yang Berpulang di Puncak Carstensz
Dunia pendakian Indonesia kembali berduka. Lilie Wijayanti Poegiono, seorang pendaki senior berusia 59 tahun, harus menghembuskan napas terakhirnya saat mengejar mimpinya untuk mencapai puncak tertinggi di Papua, Puncak Carstensz Pyramid. Ia meninggal dunia akibat hipotermia pada Sabtu, 1 Maret 2025, bersama rekannya sesama pendaki, Elsa Laksono. Keduanya menjadi korban dari kondisi cuaca ekstrem yang melanda gunung megah tersebut.
Kisah perjalanan Lilie menuju Puncak Carstensz adalah cerita tentang semangat, keberanian, dan impian yang tak pernah pudar meski usia tak lagi muda. Namun, di balik semua itu, ada duka mendalam yang dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan, terutama sang suami, Frigard Harjono (68), yang harus merelakan kepergian istri tercinta.
Mimpi yang Akhirnya Terwujud
Lilie Wijayanti bukanlah pendaki biasa. Bagi wanita kelahiran Bandung ini, mendaki adalah bagian dari hidupnya sejak masa SMA. Hobi ini terus ia tekuni hingga usia senja. Salah satu cita-citanya yang belum tercapai adalah menaklukkan Puncak Carstensz, salah satu dari Tujuh Puncak Tertinggi Dunia.
Frigard Harjono, suaminya, menceritakan bahwa Lilie sudah lama meminta izin untuk mendaki gunung yang memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut itu. "Dia sempat meminta izin ke saya. Izinnya sudah lama, sebetulnya, karena naik ke Puncak Carstensz merupakan cita-citanya yang belum tercapai," ujar Frigard saat ditemui di rumahnya di Jalan Mochamad Romadhan, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Minggu (2/3/2025).
Sebagai bentuk persiapan, Lilie bahkan telah melakukan latihan fisik intensif di Citatah, Bandung Barat, sejak tahun lalu. Frigard sendiri yang mengantar Lilie saat latihan-latihan tersebut. "Saya lihat latihannya oke, peralatannya juga sudah lengkap, kemampuannya cukup. Akhirnya, saya izinkan dia pergi," kenang Frigard dengan nada pilu.
Perjalanan yang Berujung Duka
Pendakian Lilie dimulai pada 26 Februari 2025, ketika rombongan tiba di Base Camp Yellow Valley menggunakan helikopter dalam dua kelompok. Setelah menjalani proses aklimatisasi selama dua hari, mereka mulai mendaki menuju puncak pada Kamis, 28 Februari 2025, pukul 04.00 WIT. Rombongan ini terdiri dari 20 orang, termasuk 5 guide, 7 pendaki WNI, 6 pendaki WNA, dan 2 staf dari Taman Nasional Lorentz.
Pada pukul 14.00 WIT, pendaki terakhir berhasil mencapai titik tertinggi Carstensz Pyramid. Namun, perjalanan turun tidak berjalan mulus. Cuaca tiba-tiba memburuk. Hujan salju deras, angin kencang, dan suhu ekstrem membuat beberapa pendaki mengalami hipotermia, termasuk Lilie dan Elsa.
Pada pukul 19.30 WIT, seorang pendaki bernama Indira Alaika mulai menunjukkan gejala hipotermia di dekat puncak. Tim di basecamp segera melakukan koordinasi untuk memberikan bantuan. Namun, kondisi cuaca yang sangat buruk menyulitkan upaya penyelamatan.
Pada pukul 22.33 WIT, seorang guide Nepal bernama Dawa Gyalje Sherpa berhasil mencapai Teras 2, tempat Lilie dan Elsa berada. Sayangnya, keduanya sudah dalam kondisi kritis. Pada Minggu, 1 Maret 2025, pukul 02.07 WIT, Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia.
Duka Keluarga yang Ditinggalkan
Bagi Frigard Harjono, kehilangan Lilie adalah pukulan besar. Namun, sebagai seorang suami, ia berusaha tegar meski hatinya diliputi kesedihan mendalam. "Saya hanya bisa mendoakan sekarang. Semoga evakuasinya berjalan lancar, karena kalau selamat dalam hal hidup sebagai manusia sudah enggak, walau tak menutup kemungkinan kuasa Tuhan," ujarnya sambil menahan air mata.
Lilie meninggalkan dua anak lelaki yang tinggal di luar negeri—satu di Jepang dan satu lagi di Singapura. Frigard mengatakan bahwa kedua anaknya sudah diberitahu tentang kepergian ibu mereka. Meski jarak memisahkan, rasa cinta dan hormat mereka kepada Lilie tetap mendalam.
Evakuasi yang Menantang
Proses evakuasi jenazah Lilie dan Elsa tidak mudah. Tim penyelamat dibagi menjadi dua kelompok. Tim pertama, dipimpin oleh Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones, bertugas menyelamatkan tiga pendaki lainnya yang masih hidup namun dalam kondisi kritis. Sementara itu, tim kedua, yang dipimpin oleh Dokter Adnan dan Meidi, fokus mengevakuasi jenazah Lilie dan Elsa.
Satu jenazah berhasil dibawa turun ke Base Camp pada pukul 16.41 WIT, sementara jenazah kedua dijadwalkan dievakuasi pada Minggu dini hari, 2 Maret 2025. Jenazah Lilie kemudian diterbangkan dari Timika ke Jakarta pada Senin (3/3/2025) pukul 11.00 WIT, dengan estimasi perjalanan sekitar 7 jam.
Frigard mengatakan bahwa ia akan langsung menjemput jenazah Lilie di Jakarta untuk dibawa ke Bandung. "Setelah sampai di Jakarta, kami langsung ke Bandung. Perkiraan tiba di rumah duka sekitar pukul 12 malam," katanya.