KABAR DUKA! Paimo Al Suparmo, Pemilik Usaha Kuliner Legendaris Leker Paimo Meninggal Dunia pada Kamis, 10 April 2025 di Usia 58 Tahun

KABAR DUKA! Paimo Al Suparmo, Pemilik Usaha Kuliner Legendaris Leker Paimo Meninggal Dunia pada Kamis, 10 April 2025 di Usia 58 Tahun

Paimo-Instagram-

KABAR DUKA! Paimo Al Suparmo, Pemilik Usaha Kuliner Legendaris Leker Paimo Meninggal Dunia pada Kamis, 10 April 2025 di Usia 58 Tahun
Selamat Jalan Pak Paimo, Sang Maestro Kuliner Legendaris Semarang yang Mengukir Kenangan Manis di Hati Pelanggan
Kabar duka menyelimuti Kota Semarang pada Kamis (10/4/2025). Paimo Al Suparmo, pemilik usaha kuliner legendaris Leker Paimo, menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 03.00 WIB dalam usia 58 tahun. Pria kelahiran Blora, 20 Maret 1967, ini meninggalkan kenangan mendalam bagi masyarakat Semarang dan pelanggan setianya yang telah menikmati jajanan ikoniknya selama puluhan tahun.

Jenazah Paimo dimakamkan siang itu juga di Purwodadi dengan diiringi tangis haru keluarga, kerabat, serta para pelanggan yang merasa kehilangan sosok inspiratif ini. Kabar kepergiannya pertama kali diunggah oleh akun Facebook @kurniawan xie yin kang pada Kamis sekitar pukul 12.00 WIB. Unggahan tersebut langsung dibanjiri ucapan belasungkawa dari netizen yang merasa berterima kasih atas kenangan manis yang diberikan oleh Leker Paimo.



Mengenang Perjalanan Bisnis Leker Paimo: Dari Gerobak Pikulan hingga Go International
Perjalanan karier Paimo sebagai pengusaha kuliner tak bisa dilepaskan dari perjuangan panjang yang penuh lika-liku. Bermula pada 1979, ia memulai bisnis leker setelah membeli gerobak milik temannya dengan modal Rp 70 ribu. Saat itu, ia tidak memiliki pengalaman membuat kue leker. Namun, berkat ketekunan dan semangat belajar, Paimo berhasil memahami resep adonan leker hanya dengan memperhatikan temannya.

Awalnya, Paimo menjajakan leker menggunakan pikulan di daerah Kebon Dalem, Semarang. Selama 15 tahun, ia harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Bahkan, ada masa-masa sulit ketika ia kesulitan membayar uang kontrakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Saya tidak punya saudara di Semarang sehingga tidak bisa meminta bantuan kalau tidak punya uang. Saya merantau dari Blora dan tidak mau jadi petani seperti orang tua saya," ungkap Paimo dalam salah satu wawancara.

Pada 1996, Paimo memutuskan untuk menetap di depan gerbang sekolah Kolese Loyola. Keputusan ini menjadi titik balik dalam perjalanan bisnisnya. Meski awalnya sempat sepi pembeli—hanya mampu menjual 10 biji leker per hari—kesabaran Paimo akhirnya membuahkan hasil. Enam bulan kemudian, omzet penjualannya mulai meningkat drastis. Ia bahkan bisa menjual ratusan biji leker setiap hari.



Inovasi Rasa yang Tak Pernah Berhenti
Salah satu kunci sukses Leker Paimo adalah inovasi rasa yang terus berkembang. Di era 80-an, menu leker masih sangat sederhana, hanya tersedia varian cokelat, pisang cokelat, kacang, keju, dan telur. Namun, seiring waktu, Paimo terus berinovasi untuk menghadirkan variasi rasa baru yang unik dan menarik. Saat ini, Leker Paimo memiliki lebih dari 25 varian rasa, mulai dari pisang cokelat, keju abon, telur sosis tuna, hingga telur sosis mozarella.

Tidak hanya rasa manis, Paimo juga menciptakan varian asin dan pedas untuk memenuhi selera pelanggan yang beragam. "Saya sering bereksperimen di malam hari setelah selesai berjualan. Isian leker itu saya ciptakan sendiri lalu saya nikmati sendiri. Kalau enak, baru saya tawarkan gratis kepada pelanggan untuk mendapatkan masukan," tutur Paimo.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya