Mengungkap Fakta Mengejutkan di Balik Kasus Priguna Anugerah Pratama: Dari Rudapaksa hingga Fetish Kontroversial

Mengungkap Fakta Mengejutkan di Balik Kasus Priguna Anugerah Pratama: Dari Rudapaksa hingga Fetish Kontroversial

Priguna-Instagram-


Mengungkap Fakta Mengejutkan di Balik Kasus Priguna Anugerah Pratama: Dari Rudapaksa hingga Fetish Kontroversial
Nama Priguna Anugerah Pratama belakangan menjadi sorotan publik. Bukan karena prestasi atau kontribusi positifnya di dunia medis, melainkan karena perannya dalam kasus yang sangat memprihatinkan—rudapaksa terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Aksi keji ini membuat masyarakat geram dan penasaran untuk mengetahui lebih dalam tentang sosok di balik tindakan tak terpuji tersebut.

Kini, selain fakta bahwa ia telah ditahan oleh pihak kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, beredar kabar baru yang semakin menambah kontroversi seputar Priguna Anugerah Pratama. Salah satu informasi yang mencuat adalah dugaan alasan mengapa ia memilih masuk ke program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi. Kabar ini pertama kali diungkap oleh seorang dokter bernama Mirza melalui akun Instagram Story-nya, @drg.mirza , pada 10 April 2025.



Fetish Orang Pingsan dan Motif di Balik Pilihan Karier
Dalam unggahannya, Dokter Mirza menyampaikan informasi yang cukup mengejutkan. Ia mengaku mendapatkan kabar bahwa Priguna Anugerah Pratama memiliki fetish terhadap orang pingsan. Lebih lanjut, Dokter Mirza menduga bahwa pilihan Priguna untuk masuk PPDS Anestesi bukan tanpa alasan khusus. Menurutnya, pelaku sengaja memilih jalur karier tersebut agar bisa memenuhi fetish-nya.

“Eh kok aku dapat info kalau si pelaku ini punya fetish orang pingsan. Lah berarti dia masuk PPDS Anestesi emang sengaja untuk memenuhi fetishnya dong, kan semua pasien anestesi pingsan atau tidak sadar,” tulis Dokter Mirza dalam unggahannya.

Pernyataan ini tentu saja memicu spekulasi luas di kalangan masyarakat. Apakah benar Priguna memilih karier medis hanya demi memuaskan hasrat pribadinya? Jika benar, hal ini menunjukkan betapa seriusnya masalah moral dan etika yang dimiliki pelaku. Publik pun mulai mempertanyakan sistem seleksi calon dokter spesialis di Indonesia. Adakah mekanisme yang cukup ketat untuk memastikan bahwa setiap calon memiliki integritas tinggi?



Kronologi Kasus Rudapaksa yang Menggemparkan
Kasus rudapaksa yang dilakukan Priguna Anugerah Pratama terjadi di lingkungan rumah sakit, tempat yang seharusnya menjadi simbol penyembuhan dan kepercayaan. Namun, aksi bejatnya justru merusak citra lembaga kesehatan dan menorehkan luka mendalam bagi keluarga korban.

Menurut laporan awal, pelaku diduga melakukan tindakan asusila terhadap salah satu anggota keluarga pasien yang sedang menjalani perawatan di RSHS. Tidak hanya sekadar melanggar norma kemanusiaan, tindakan ini juga menunjukkan sikap arogansi dan penyalahgunaan wewenang sebagai tenaga medis. Bagaimana mungkin seseorang yang seharusnya melindungi nyawa manusia justru menjadi predator bagi mereka yang membutuhkan bantuan?

Setelah kasus ini terungkap, pihak kepolisian langsung bertindak cepat dengan menahan Priguna Anugerah Pratama. Kini, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum. Namun, proses hukum ini tidak serta-merta meredakan kemarahan publik. Banyak pihak menuntut agar kasus ini diusut tuntas dan pelaku diberikan hukuman setimpal.

Refleksi atas Sistem dan Etika Profesi Kesehatan
Kasus ini tidak hanya soal individu Priguna Anugerah Pratama, tetapi juga menjadi cerminan buram dari sistem pendidikan dan profesionalisme di dunia medis. Sebagai profesi yang berkaitan erat dengan nyawa manusia, dokter dituntut untuk memiliki kompetensi dan moral yang tinggi. Sayangnya, kasus seperti ini menunjukkan bahwa ada celah dalam proses seleksi dan pengawasan terhadap calon tenaga medis.

Beberapa pertanyaan kritis pun muncul. Apakah tes psikologi dan evaluasi karakter sudah dilakukan secara menyeluruh kepada calon dokter spesialis? Bagaimana cara memastikan bahwa setiap tenaga medis memegang teguh prinsip-prinsip etika profesi? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.

Selain itu, penting bagi institusi pendidikan kedokteran untuk memberikan pembekalan nilai-nilai humanisme kepada para calon dokter. Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan moralitas harus menjadi prioritas utama. Tanpa itu, risiko terjadinya pelanggaran etika akan terus mengancam reputasi dunia medis.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya