Mengenal Sosok Jansen Manansang, Pendiri Taman Safari Indonesia yang Kini Diterpa Kontroversi Eksploitasi

Mengenal Sosok Jansen Manansang, Pendiri Taman Safari Indonesia yang Kini Diterpa Kontroversi Eksploitasi

Jansen-Instagram-

Mengenal Sosok Jansen Manansang, Pendiri Taman Safari Indonesia yang Kini Diterpa Kontroversi Eksploitasi
Di balik kesuksesan Taman Safari Indonesia (TSI) Group sebagai destinasi wisata keluarga populer di Tanah Air, terdapat kisah inspiratif dari seorang pria bernama Jansen Manansang . Sebagai pendiri dan Direktur TSI Group, sosoknya dikenal sebagai pelopor pelestarian satwa di Indonesia. Namun, belakangan ini nama Jansen menjadi sorotan publik karena tuduhan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang menyeret Oriental Circus Indonesia (OCI), salah satu unit bisnis grup tersebut.

Kasus ini mencuat setelah sejumlah mantan pemain sirkus OCI melaporkan adanya dugaan kekerasan fisik, perbudakan modern, hingga eksploitasi anak kepada Kementerian Hukum dan HAM. Laporan ini memicu gelombang protes dari berbagai kalangan masyarakat. Meski begitu, pihak TSI membantah semua tuduhan tersebut dengan tegas. Bagaimana sepak terjang Jansen Manansang dalam membangun kerajaan bisnisnya? Berikut ulasan lengkapnya.



Dari Sirkus Keliling Hingga Membangun Kerajaan Bisnis Taman Safari
Jansen Manansang lahir pada tahun 1942 di Jakarta. Ia adalah putra sulung dari Hadi Manansang, seorang pemain sirkus keliling yang berasal dari Shanghai, China. Perjalanan hidup Jansen dimulai saat usianya baru menginjak tujuh tahun. Bersama dua saudaranya—Frans Manansang dan Tony Sumampau—Jansen kecil sering ikut rombongan sirkus keliling seperti Bintang Akrobat dan Gadis Plastik . Pengalaman masa kecil inilah yang kemudian menjadi fondasi kuat bagi mereka untuk mendirikan Taman Safari Indonesia.

Pada tahun 1980-an, Jansen bersama kedua saudaranya mulai merintis usaha Taman Safari Indonesia. Dengan visi besar untuk melestarikan satwa liar, mereka berhasil menjadikan TSI sebagai salah satu destinasi wisata edukatif terbaik di Asia Tenggara. Kisah perjalanan Hadi Manansang serta ketiga anaknya dalam membangun TSI dituangkan dalam buku berjudul Tiga Macan Safari , yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Desember 2019.

Selain sukses di bidang pariwisata, Jansen juga aktif dalam upaya pelestarian alam. Pada tahun 1990-an, ia turut andil dalam pembangunan Suaka Rhino Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas. Dedikasi ini membuatnya dianugerahi berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Outstanding Contribution for Animal Welfare dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Bahkan, organisasi Messenger of Revival (MORE) menobatkannya sebagai Father of Wildlife Conservation atau Bapak Konservasi Lingkungan Hidup Indonesia.



Namun, di tengah kesuksesan tersebut, badai kontroversi datang menghantam reputasi Jansen dan keluarganya.

Tuduhan Eksploitasi: Fakta atau Sensasi?
Kasus bermula ketika beberapa mantan pemain sirkus OCI melaporkan dugaan pelanggaran hak asasi manusia kepada publik. Salah satu korban bernama Vivi mengungkapkan pengalaman traumatisnya selama bekerja di OCI. Menurutnya, dirinya telah dipekerjakan sejak kecil tanpa mengetahui identitas asli maupun orang tua kandungnya.

“Saya tidak tahu siapa orang tua saya. Sejak kecil saya sudah diambil oleh pemilik OCI,” ujar Vivi dalam wawancara dengan Forum Keadilan TV, Kamis (17/4/2025).

Vivi melanjutkan ceritanya tentang perlakuan buruk yang dialaminya. Ia mengaku sering dipukuli, disetrum, bahkan dipaksa latihan meskipun tubuhnya lelah. Puncaknya terjadi ketika ia nekat kabur pada tengah malam. Namun, upayanya gagal lantaran tertangkap oleh Frans Manansang, salah satu pendiri TSI.

“Saya disetrum di bagian tubuh saya… bahkan sampai ke area sensitif,” kata Vivi sambil meneteskan air mata. Setelah itu, ia dipukuli habis-habisan hingga akhirnya dipasung selama dua minggu.

Meskipun sempat dilepaskan, Vivi kembali mencoba melarikan diri untuk kedua kalinya. Kali ini, ia berhasil mendapatkan bantuan dari seorang guru silat yang bekerja di TSI. Setelah kabur, Vivi akhirnya menikah dengan guru silat tersebut dan meninggalkan dunia sirkus.

Bantahan Resmi dari OCI dan TSI Group
Menanggapi tuduhan tersebut, pihak OCI dan TSI menyatakan bahwa semua klaim tersebut tidak benar. Tony Sumampau , Founder OCI sekaligus Komisaris TSI, menegaskan bahwa proses latihan di dunia sirkus memang membutuhkan disiplin tinggi, tetapi hal itu jauh dari praktik penyiksaan.

“Kalau ada yang bilang kami menyiksa, itu hanya sensasi belaka. Kalau atlet cedera, bagaimana bisa tampil atraksi?” ujar Tony dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/4/2025).

Menurut Tony, metode pelatihan di OCI tidak berbeda jauh dengan standar pelatihan olahraga lainnya, seperti senam atau bela diri. Ia juga membantah keras tuduhan bahwa para pemain sirkus dipaksa makan kotoran hewan atau mengalami kekerasan fisik berlebihan.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya