Profil Tampang 4 Kandidat Pengganti Paus Fransiskus yang Meninggal Dunia, Lengkap dari Nama, Umur Hingga Akun Instagram

Paus-Instagram-
Karier Turkson dimulai ketika ia diangkat menjadi Uskup Agung Cape Coast oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992. Sebelas tahun kemudian, ia menjadi kardinal pertama dari negara Afrika Barat tersebut. Ia kemudian dipanggil ke Vatikan oleh Paus Benediktus XVI untuk memimpin Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, lembaga yang berfokus pada promosi keadilan sosial, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia.
Turkson juga kerap hadir di berbagai forum internasional, termasuk Forum Ekonomi Davos, di mana ia menyuarakan pandangan gereja tentang isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesenjangan ekonomi. Meski demikian, reputasinya sempat goyah pada 2021 ketika ia mengundurkan diri dari jabatannya akibat konflik internal di Vatikan. Saat ini, ia memimpin dua akademi kepausan bidang ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.
Dalam wawancara dengan BBC pada 2023, Turkson mengaku berdoa agar ia tidak terpilih menjadi paus. Namun, beberapa pengamat menilai bahwa intensitasnya tampil di media massa justru menunjukkan ambisi terselubung untuk menduduki kursi tertinggi gereja.
Peter Erdo: Sosok Konservatif dari Hungaria yang Dipenuhi Pengalaman
Bagi mereka yang mendambakan arah kepemimpinan yang lebih konservatif, Kardinal Peter Erdo dari Hungaria adalah jawabannya. Sebagai Uskup Agung Esztergom-Budapest, Erdo dikenal sebagai ahli hukum kanon dan figur yang sangat mahir dalam urusan hukum gereja. Ia dianggap sebagai kandidat ideal bagi para kardinal yang ingin mengembalikan prinsip-prinsip tradisional gereja yang dianggap melemah selama kepemimpinan Paus Fransiskus.
Erdo, yang kini berusia 72 tahun, dinilai sebagai tokoh yang aman dan dapat dipercaya oleh banyak pihak. Pandangannya yang konservatif dan fokusnya pada akar kekristenan Eropa membuatnya populer di kalangan konservatif gereja. Namun, ia juga dikenal pragmatis dan tidak pernah secara terbuka berselisih dengan Paus Fransiskus.
Satu catatan kontroversial tentang Erdo adalah pandangannya terkait migran. Pada krisis migran 2015, ia menentang seruan Paus Fransiskus agar gereja-gereja menerima para pengungsi. Erdo menyebut hal itu bisa dianggap sebagai bentuk perdagangan manusia, pandangan yang selaras dengan ideologi nasionalis Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban.
Pietro Parolin: Diplomat Ulung dari Italia
Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di balik layar selama kepemimpinan Paus Fransiskus. Ia dijuluki sebagai "perdana menteri de facto" Vatikan karena perannya dalam diplomasi internasional. Parolin adalah otak di balik upaya Vatikan untuk menjembatani dialog antara Ukraina dan Rusia dalam konflik yang berkecamuk saat ini.
Meski begitu, reputasinya sempat tercoreng akibat skandal properti yang merugikan Vatikan jutaan euro. Pembelian gedung bekas showroom Harrods di London oleh Vatikan menjadi sorotan publik, dan Parolin dituding kurang kompeten atau terlalu memberikan wewenang kepada bawahannya. Proses persidangan atas kasus ini masih berlangsung, dan hal ini bisa memengaruhi peluangnya untuk menjadi paus.
Nama-Nama Lain yang Tak Kalah Kuat
Selain empat kandidat utama di atas, ada beberapa nama lain yang juga dianggap layak menjadi penerus Paus Fransiskus:
Jose Tolentino Calaca de Mendonca : Kardinal progresif asal Portugal yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai kepala departemen untuk budaya dan pendidikan.
Matteo Zuppi : Uskup Agung Bologna dari Italia yang dekat dengan Paus Fransiskus dan dikenal sebagai tokoh progresif.
Mario Grech : Kardinal dari Malta yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode para Uskup. Ia dianggap sebagai kandidat kompromi yang dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Robert Sarah : Kardinal Guinea yang dikenal karena kritiknya terhadap ideologi gender dan radikalisme Islam.
Akankah Sejarah Tercipta?
Pemilihan penerus Paus Fransiskus bukan hanya soal menentukan pemimpin baru, tetapi juga momentum untuk menentukan arah masa depan Gereja Katolik. Apakah gereja akan melanjutkan reformasi progresif yang digagas oleh Paus Fransiskus, ataukah akan kembali ke jalur tradisional yang lebih konservatif? Jawabannya mungkin terletak pada siapa yang akan terpilih menjadi paus berikutnya.
Apakah kita akan menyaksikan paus pertama dari Asia, Afrika, atau bahkan kulit hitam pertama dalam sejarah? Ataukah Italia akan kembali mendominasi kursi kepausan? Semua mata kini tertuju pada Konklaf, di mana para kardinal akan berkumpul untuk memilih pemimpin baru yang akan membawa Gereja Katolik ke babak baru.