Bagaimana Kondisi Temon Usai Mbok Yem Pemilik Warung Makan di Gunung Lawu Meninggal Dunia? Begini Kabar Terbaru Monyet Peliharaan Sang Legenda Gung Lamu

Bagaimana Kondisi Temon Usai Mbok Yem Pemilik Warung Makan di Gunung Lawu Meninggal Dunia? Begini Kabar Terbaru Monyet Peliharaan Sang Legenda Gung Lamu

Mbok yem-Instagram-

Bagaimana Kondisi Temon Usai Mbok Yem Pemilik Warung Makan di Gunung Lawu Meninggal Dunia? Begini Kabar Terbaru Monyet Peliharaan Sang Legenda Gung Lamu
Siapa Temon? Monyet Peliharaan Mbok Yem Pemilik Warung Makan di Gunung Lawu yang Meninggal Dunia, Kondisi Terbaru Bikin Khawatir Natizen
Kisah Haru Temon dan Mbok Yem: Persahabatan Luar Biasa yang Menghangatkan Hati Pendaki Gunung Lawu
Gunung Lawu, salah satu destinasi favorit para pendaki di Indonesia, tidak hanya menyuguhkan panorama alam yang memesona, tetapi juga menyimpan kisah-kisah inspiratif yang menggugah hati. Salah satunya adalah kisah tentang Mbok Yem dan monyet peliharaannya, Temon, yang telah menjadi ikon keakraban dan kehangatan bagi siapa saja yang pernah mendaki gunung ini. Namun, kabar duka datang dari puncak Gunung Lawu beberapa waktu lalu, ketika sosok Mbok Yem meninggal dunia pada 23 April 2024. Siapakah Mbok Yem? Dan apa hubungan istimewanya dengan Temon? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Siapa Itu Mbok Yem?
Mbok Yem, nama panggilan akrab Wakiyema, adalah seorang wanita tangguh yang selama puluhan tahun menjadi pemilik satu-satunya warung di Puncak Gunung Lawu. Warung sederhana miliknya berada di ketinggian 3.150 meter di atas permukaan laut (MDPL), menjadikannya tempat istirahat favorit para pendaki. Mbok Yem bukan hanya sekadar penjual makanan, tetapi juga sosok ibu yang memberikan rasa nyaman bagi setiap pengunjungnya.



Awal mula Mbok Yem membuka warung di puncak Gunung Lawu bermula dari kejeliannya melihat kebutuhan para pendaki. Sejak tahun 1980-an, dia memutuskan untuk menetap di lokasi tersebut dan membuka warung sederhana. Tujuannya sederhana: membantu para pendaki yang sering kesulitan membawa bekal dalam jumlah besar dari bawah gunung. Warung Mbok Yem pun menjadi "oase" bagi mereka yang lelah setelah menempuh perjalanan panjang menuju puncak.

Selain menjual makanan dan minuman hangat seperti teh manis dan mie rebus, Mbok Yem juga dikenal ramah dan suka berbagi cerita. Tak heran jika banyak pendaki yang merasa kehilangan sosoknya yang selalu menyapa dengan senyum hangat. Usianya yang mencapai 70 tahun saat meninggal dunia tidak mengurangi semangatnya untuk terus melayani para pendaki hingga akhir hayatnya.

Temon, Monyet Setia yang Menjadi Sahabat Mbok Yem
Namun, ada satu hal unik yang membuat warung Mbok Yem semakin istimewa: keberadaan Temon, seekor monyet jinak yang menjadi sahabat setianya. Temon bukan sekadar hewan peliharaan biasa. Dia adalah bagian dari keluarga Mbok Yem, bahkan sering membantu melayani para pendaki. Dengan tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan, Temon kerap menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung warung.



Temon juga dikenal sangat dekat dengan Mbok Yem. Mereka berdua tampak seperti pasangan yang tak terpisahkan. Ketika Mbok Yem masih hidup, Temon selalu ada di sisinya, baik saat melayani pelanggan maupun saat beristirahat. Kedekatan mereka ini membuat banyak orang merasa iri—bukan karena mereka iri pada Temon, melainkan karena hubungan mereka begitu tulus dan tanpa syarat.

Namun, setelah Mbok Yem meninggal dunia, Temon mulai menunjukkan perubahan sikap yang menyentuh hati. Melalui unggahan di media sosial, khususnya TikTok oleh akun @rai.ubai, Temon terlihat murung dan lesu. Tidak lagi berlarian atau bermain seperti biasanya, Temon lebih sering diam dan tampak merindukan Mbok Yem. Banyak warganet yang merasa sedih melihat kondisi Temon, dan komentar-komentar emosional pun membanjiri media sosial.

"Seandainya Temon ngerti... Are you okay, mon?" tulis salah satu warganet dengan nada haru. Ungkapan ini mewakili perasaan banyak orang yang merasa kehilangan sosok Mbok Yem, serta prihatin dengan kondisi Temon yang ditinggalkan.

Penyakit yang Merenggut Nyawa Mbok Yem
Sayangnya, usia tua dan cuaca ekstrem di puncak Gunung Lawu lambat laun mulai menggerogoti kesehatan Mbok Yem. Pada tahun-tahun terakhirnya, dia didiagnosis mengidap penyakit pneumonia, gangguan pernapasan yang cukup serius. Meski demikian, Mbok Yem tetap tegar dan terus menjalankan aktivitasnya hingga tubuhnya tak kuat lagi menahan beban penyakit tersebut.

Pada tanggal 23 April 2024, Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya di usia 70 tahun. Kabar ini sontak menyebar luas di kalangan pendaki dan warganet. Banyak yang merasa kehilangan, karena Mbok Yem bukan hanya sekadar penjual makanan, melainkan juga simbol kebaikan dan keramahan di puncak Gunung Lawu.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya